Rabu, 27 Maret 2013

BUDIDAYA SEMANGKA HIBRIDA DENGAN ^SISTEM SUMUR GOWAK^ ( KEARIFAN LOKAL SPESIFIK LOKASI ) DI KECAMATAN TAYU






BUDIDAYA SEMANGKA HIBRIDA
DENGAN PENGAIRAN SISTEM SUMUR GOWAK
(  Kearifan Lokal Spesifik Lokasi )
DI KECAMATAN TAYU
Oleh :
Sukarwi, SP (Penyuluh Pertanian Balai Penyuluhan Kec. Tayu)


 




1. WAKTU TANAM DAN KEBUTUHAN PASAR
a. Musim Tanam I : akhir Pebruari – awal Maret
Pemasaran akhir April – awal Mei biasanya diperoleh produksi baik dan harga layak.
b. Musim Tanam II : Juni – Juli
Pemasaran Agustus – September biasanya diperoleh produksi baik dan harga baik.
c. Musim tanam menyesuaikan pemasaran pada bulan puasa sampai dengan Hari Raya Idul Fitri.

2. MENYIAPKAN LAHAN
Tanaman semangka membutuhkan air cukup banyak tetapi tidak tahan genangan air, maka perlu dipersiapkan lahan berdasarkan musim tanam yaitu :
a. MT. I ( Pebruai – Maret ) disiapkan lahan kering ( tegalan ) dengan kondisi drainase baik dan dekat dengan sumber air ( irigasi, sumur, sungai ).
b. MT. II ( Juni – Juli ) disiapkan lahan sawah setelah tanaman padi MT II dengan kondisi drainase baik dan dekat dengan sumber air ( saluran irigasi, sumur, sungai )

3. PENGOLAHAN LAHAN, PEMUPUKAN DASAR DAN PEMASANGAN MULSA PLASTIK
a. Pembuatan bedengan lebar 4 – 5 m, panjang menyesuaikan kondisi lahan dan saluran pemaskan/ pembuangan air.
b. Pengolahan tanah dengan cara pembajakan traktor/mencangkul dan pembersihan gulma ( rumput liar ) pada lahan calon lubang tanam tepi bedengan selebar +/- 1 meter.
c. Pemberian pupuk dasar bersamaan dengan pengolahan tanah dengan pupuk Phonska 200 kg + 200 kg Dolomit / hektar.
d. Pemasangan mulsa plastik hitam perak, kebutuhan per hektar 5 rol @ 18 kg. selanjutnya dibuat lubang tanam  dengan jarak tanam 60 – 70 cm.
e. Jika tidak menggunakan mulsa plastic disiapkan lubang tanam dengan cangkul dengan jarak tanam 60 – 70 cm.
4. PERSEMAIAN
a. Pembuatan pot persemaian per hektar +/- 7000 pot dengan bahan bahan/media pupuk kandang siap pakai  atau kompos jerami + tanah, semua bahan diayak untuk menghilangkan campuran batu, kerikil dan bahan lain yang tidak dibutuhkan.
b. Varietas yang ditanam untuk MT I : Varietas 311, Amor, Tamanis ( Inul ) dll. MT II : Varietas 311, Amor, Tamanis ( Inul ),  Black Orange, dll. Pemilihan varietas sebaiknya menyesuikan musim dan kebutuhan pasar.
c. Perendaman benih +/- 8 – 12 jam, kemudian diperam +/- 24 jam benih sudah berkecambah. Pemeraman benih dapat menggunakan daun pisang / daun jati ditempatkan dalam ruangan yang hangat dan gelap.( ctt : perendaman benih sebaiknya dicampur dengan fungisida jika benih yanga akan ditanam belum diberi perlakuan seed treadment.
d. Penanaman benih kedalam pot, satu beih per pot kemudian ditutup dengan daun – daunan +/- 24 jam.
e. Perawatan benih, lakukan penyiraman pagi dan sore hari dengan gembor. Setelah 4 hari penyiraman dapat dicampur pupuk Phonska +/-  ¼  gelas Aqua tiap satu gembor dan disiram air biasa kembali.

5. TANAM
Benih umur 7 – 9 hari telah siap untuk ditanam, sebelumnya dilakukan persiapan :
a. Membuat lubang pada mulsa plastic sebesar kaleng susu kental manis jarak antar lubnag 60 – 70 cm.
b. Air irigasi untuk penyiraman benih yang ditanam.
c. Pelaksanaan tanam dengan membuat lubang lubang pada tanah sesuai jarak tanam mulsa plastic dan membuang plastic pot.

6. PERAWATAN TANAMAN SEMANGKA
a. Pemangkasan cabang utama disisihkan 3 cabang dan pemangkasan cabang sekunder.
b. Perempelan buah dilakukan untuk memperoleh buah yang baik dan besar optimal. Satu tanaman disisakan 1 buah pada ruas ke 8 – 10.
c. Pembersihan gulma dilakukan untuk mengurangi persaingan penyerapan hara ( pupuk ) dan sinar matahari. Penyiangan perlu dilakukan untuk pengendalian gulma yang ada disekitar tanaman pokok maupun dipelataran karena gulma dipelataran dapat mengganggu penyinaran sinar matahari dan sarang hama penyakit.

7. PEMUPUKAN
a. Pupuk dasar, Phonska 200 kg/ha + Dolomit 200 kg/ha.
b. Pupuk susulan I : Phonska 1 gelas agua + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 1 minggu.
c. Pupuk susulan II : Phonska 1 gelas agua + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 2 minggu.
d. Pupuk susulan III : Phonska 1,5 gelas agua + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 4 minggu.
e. Pupuk susulan IV : Phonska 1,5 gelas agua + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 5 minggu.
f. Pupuk susulan V : Phonska 1,5 gelas agua + 0,5 gelas aqua ZA + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 6 minggu.
Catatan : Dosis dan macam pupuk menyesuaikan dengan kondisi pertanaman. Kalau pertumbuhan agak lambat pupuk biasa ditambah KNO3. Karena pupuk KNO3 merupakan pupuk yang siap pakai.

8. PENGAIRAN
Pengairan tanaman semangka di kecamatan Tayu ada yang memakai Sistem Sumur Gowak, pompa, dan sistem pengairan water drop (irigasi tetes ) 
 Pengairan dengan Sistem Sumur Gowak merupakan kearifan lokal petani semangka kecamatan Tayu, dengan cara membuat sumur di lahan semangka dengan ukuran kurang lebih  2 M persegi dengan kedalaman kurang lebih 1,5 meter. Sistem ini cocok untuk lahan sawah di dataran rendah, dimana dengan kedalaman 1-2 M sudah muncul sumber air. 
Air yang muncul di sumur Gowak diambil dengan ember untuk disiramkan ke tanaman Semangka .
Tanaman semangka membutuhkan air cukup banyak untuk budidaya, menggunakan mulsa plastic diairi pada saluran 5 – 7 hari sekali melihat kondisi pertanaman. Untuk budidaya tanpa mulsa plastic disiram tiap hari pada pagi/sore.

9. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
a. Hama Utama
a.1. Kumbang Cucurbit ( Oteng  - Oteng )
Menyerang tanaman sejak dipersemaian memakan daun dengan meninggalkan guratan – guratan konsentris. Larva dapat merusak perakaran sampai pangkal batang akhirnya tanaman layu. Pengendalian dengan insektisida kontak/racun perut, contoh marshal 200 EC.
b.2. Trips
Serangan Thrips mengganas terutama musim kemarau, penyebab utama daun keriting imulsi dari tunas, serangan berat dapat menyebabkan kegagalan tanaman. Pengendalian dengan menggunakan insektisida sistemik contoh : Agrimec, Numectin, Dimectin.
c.3. Aphis
Serangan berat terutama pada musim kemarau, menyebabkan kriting pada daun muda, meninggalkan cairan manis dan lengket. Hama ini cepat berkembnag biak tanpa perkawinan. Pengendalian dengan insektisida kontak, sistemik. Contoh : Curacron, Marshal dll.
d.4. Lalat Buah.
Menyerang pada buah semangka, meninggalkan luka dan larva. Buah yang terserang menjadi busuk. Pengendalian : Insektisida kontak, Contoh : Decis dll.
e.5. Ulat Perusak Daun.
Menyerang daun dan kulit buah sehingga menurunkan kualitas buah. Pengendalian dengan insektisida kontak dan lambung. Contoh ; Cascade, Rosco dll.
b. Penyakit
b.1. Layu Bakteri
Daun tanaman layu satu persatu akhirnya tanaman layu secara keseluruhan. Apabila pangkal batang dipotong melintang akan mengeluarkan lender putih kental dan lengket. Penularan dapat melalui kumbang cucurbit ( oteng –oteng ), melalui peralatan ( gunting, pisau, dll )
Pengendalian : - Menanam varietas yang tahan
                                       - Peredaran benih dengan bakterisida ( Agrimycin )
                                       - Hindari genangan air antar bedengan
                                       - Mencabut / memusnahkan tanaman yang sakit
b.2. Layu Fusarium
Daun tanaman layu dan mengkerut mulai ujung tanaman. Jamur menyerang pada semangka stadia pertumbuhan, batang batang bawah atau leher batang jadi busuk, kalau diamati pada batang yang dibelah tampak berwarna coklat, jika serangan dari persemaian, tanaman akan kerdil dan mati.
Pengendalian :
- Memilih lahan yang belum terinfeksi dengan jenis tanaman satu family ( Semangka, Timun, Melon, Labu dll )
- Pengapuran untuk meningkatkan Ph tanah, karena penyakit berkembang dengan baik pada ph 4,5 – 5,8.
- Hindari penggunaaan pupuk N  ( Urea, Za ) berlebihan.
- Penyemprotan / siraman dengan Fungisida
b.3. Downy Mildew ( Kerapak )
Gejala serangan tampak bercak – bercak kuning pada daun, kemudian akan berubah menjadi coklat, kering dan mati. Serangan berat akan menurunkan kualitas buah. Perkembangan jamur dipicu kelembapan tinggi terutama hujan pada malam hari.
Pengendalian :
- Penyiraman daun / penyemprotan dengan air setiap hari sebelum matahari terbit ( +/- jam 05.0 WIB ).
- Pengendalian dengan Fungisida Sistemik.
b.4. Busuk Buah
Dapat menyerang batang, daun dan buah. Penyebab serangan oleh jamur Phytophora dan Pythium. Perkembangan penyakit dipicu oleh kelembaban yang tinggi.
Pengendalian :
- Hindari buah menumpang batang, daun, dan jerami atau bahan lain yang mudah membusuk.
- Mengurangi kelembaban dengan pemangkasan cabang dan daun.
- Penyemprotan dengan Fungisida.
9. PANEN.
Sebagian besar petani menjual hasil semangka secara tebasan. Akan tetapi dalam pemasaran produksi oleh pedagang dilakukan grading yaitu:
Kelas A dengan bobot lebih 4 kg.
Kelas B dengan bobot kurang 4 kg.
Kelas C dengan bobot +/- 1 -2 kg.


BUDIDAYA PADI ORGANIK DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BUDIDAYA PADI ORGANIK
Oleh
SUKARWI, SP
PENYULUH PERTANIAN
BALAI PENYULUHAN KECAMATAN TAYU
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN
PETERNAKAN KABUPATEN PATI
2013





PENDAHULUAN
Pertanian organic adalah suatu system pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang dengan dengan lingkungan pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah.
 Konsep pertanian organic pada hakekatnya dapat diartikan sebagai menjaga agar suatu upaya terus berkembang, kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks ini pada dasarnya kemampuan untuk tetap produktif dan sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya alam yang ada. Jadi pertanian organic dapat dikatakan suatu pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu keutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan, meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Lokasi Lahan
Pemilihan lokasi lahan sawah untuk budidaya padi organic memegang peranan yang sangat penting, karena semua proses budidaya padi organic menggunakan lahan yang harus dan bebas dari unsur-unsur non alami yang berasal dari luar lahan.
Seleksi Benih
Benih yang akan digunakan untuk pembibitan harus diseleksi terlebih dahulu dengan beberapa persyaratan,  yakni benih sebar yang biasa digunakan oleh petani dalam budidaya, yaitu benih berlabel
engolahan Tanah
Pelaksanaan pengolahan tanah untuk budidaya padi organic yang dianjurkan adalah dengan cara tradisional atau konvensional yaitu pengolahan tanah yang dilakukan dengan alat-alat sederhana seperti, sabit, cangkul, bajak, dan garu yang semuanya dilakukan/dikerjakan oleh tenaga manusia dan dibantu olah hewan.Menurut pengalaman petani pengelola padi organic, cara pembajakan dengan tradisioanl memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini terjadi karena mata bajak tradisional lebih dalam masuk kedalam tanah sehingga pengolahan menjadi lebih sempurna, karena tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas. Pembajakan dilakukan 2 kali , dan pembajkan yang kedua  sambil dilakukan juga pemberian pupuk dasar dengan menggunakan pupuk kandang/kompos sebanyak 5 ton/ha, sedang kalau menggunakan pupuk bokhasi sebanyak 1,5-2 ton/ha dan harus diratakan keseluruh bagian lahan sawah, selanjutnya dibiarkan selama 4-7 hari dalam keadaan tergenang air macak-macak, kemudian lahan sawah dilakukan penggaruan dengan cara tradisional agar menjadi rata. Setelah itu lahan sawah dibiarkan kembali selama 4 hari dalam keadaan tergenang air  macak-macak, kemudian penanaman bibit dapat dilakukan.
Tempat Persemaian
agian lahan sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkull merata sedalam kira-kira 30 cm, selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara dicangkul berulang-ulang dan diinjak-injak sampai “lumer “, bersamaan dengan ini tanah diberi pupuk kandang atau bokhasi secukupnya dengan cara disebar merata dan diinjak-injak sampai bercampur dan menyatu dengan tanah. Pembuatan parit dilakukan pada keempat sisi dan tengah tempat pembibibtan untuk mengeluarkan kelebihan air. Parit sangat dibutuhkan karena air yang menggenang cukup tinggi akan berpengaruh pada penurunan mutu bibit yang dihasilakan, salah satu akibatnya adalah pertumbuhan akar bibit tidak sempurna karena suhu dalam tanah terlalu rendah, untuk persiapan tempat pembibitan lebih baik diusahakan 3-5 hari sebelum benih sebar.
Penanaman
Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan kekanan dan kekiri dengan jarak tanam yang sesuai, karena jaraktanam akan mempengaruhi produktivitas padi, jumlah bibit yang ditanam kedalam setiap “dapur” atau “rumpun” adalah 3-4 bibit.
Pemeliharaan
Yang membedakan antara budidaya padi secara organic dan non organic adalah terletak pada pemupukan dan pemberantasan hama/penyakit. Budidaya padi secara organic pupuk yang digunakan adalah pupuk alami begitu juga pestisida yang digunakan adalah pestisida alami,sedangkan budidaya padi non organic (biasa) pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia  dan pestisida sintetik. Penyiangan pada budidaya padi organic sebaiknya juga jangan menggunakan herbisida kimia, akan tetapi cukup dengan cara pencabutan gulma.
emupukan
alam proses budidaya padi organic, hal yang sangat diperlukan adalah pemakaian pupuk organic dan bukan pemakaian pupuk non organic/pupuk kimia. Penekanan ini sebenarnya merupakan langkah konservasi terhadap lahan. Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi organic adalah pupuk organi (pupuk alami). Pupuk organic adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman atau hewan yang telah terdekomposisikan  yang digunakan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsure hara. Awal mulanya dikenal dua macam pupuk organic yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan  dan pupuk hijau yakni pupuk organic yang menggunakan mahan sisa-sisa tanaman sebagai bahan untuk didekomposisikan. Seiring dengan kemajuan bioteknologi, maka telah ditemukan cara-cara cepat untuk membuat pupuk organic, yaitu dengan menggunakan mikrobakteri untuk mendekomposisikan bahan organic sehingga dapat mudah diserap oleh tanaman. Penggunaan pupuk organic tidak saja berfungsi untuk mensuplai unsure hara bagi tanaman akan tetapi juga untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, kimia dan biologis tanahsehingga tanah mampu  memberikan daya dukung yang berlangsung terus menerus bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian cirri utama budidaya padi organic adalah seluruh pupuk yang digunakan berupa pupuk organic, mulai dari pemupukan awal atau dasar sampai pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapat dalam bentuk padat     yang diaplikasikan lewat akar maupun bentuk cair yang diaplikasikan lewat daun, demikian halnya akan pestisida juga pestisida organic (buatan sendiri).
Pemupukan  Susulan
Pemupukan susulan pada budidaya padi organic dilakukan sebanyak 3 kali  selama musim tanam, Pemupukan pertama umur 15 hr, jenis pupuk  adalah pupuk kandang/kompos sebanyak 1 ton/ha atau bokhasi 0,5 ton disebarkan merata disela-sela tanaman. Pemupukan kedua diberikan pada umur 25 – 60 hr dengan frekuensi 1 minggu sekali, menggunakan pupuk organic cair dengan kandungan N tinggi (buatan sendiri) dengan dosis 1 liter pupuk cair dilarutkan dalam air sebanyak 17 liter dan disemprotkan pada daun tanaman. Pemupukan susulan ketiga  diberikan pada waktu tanaman padi memasuki fase generative atau pembentukan buah. Yaitu setelah tanaman berumur 60 hari, pupuk yang digunakan pupuk organic cair yang mengandung Phosfos (P) dan Kalium (K)   tinngi dengan dosis 2-3 sendok makan pupuk organic cair dicampur dengan 15 liter air, kemudian pupuk tersebut disemprotkan pada daun tanaman dengan frekuensi satu minggu sekali dan pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah menguning.