SL PTT PADI KECAMATAN TAYU
BALAI PENYULUHAN KECAMATAN TAYU, KABUPATEN PATI
BALAI PENYULUHAN KECAMATAN TAYU MERUPAKAN HOME BASE BAGI PARA PENYULUH DI KECAMATAN TAYU, BAIK ITU PENYULUH PERTANIAN, PERKEBUNAN KEHUTANAN DAN JUGA PENYULUH PERIKANAN, SERTA MANTRI TANI DAN MANTRI HEWAN KECAMATAN TAYU, YANG BEKERJASAMA DENGAN BAIK UNTUK MELAYANI PELAKU UTAMA, PELAKU USAHA DIBIDANG PERTANIAN,PETERNAKAN, PERKEBUNAN, KEHUTANAN, DAN KELAUTAN, UNTUK MEMAJUKAN BIDANG TERSEBUT DI KECAMATAN TAYU
Kamis, 18 April 2013
Rabu, 27 Maret 2013
BUDIDAYA SEMANGKA HIBRIDA DENGAN ^SISTEM SUMUR GOWAK^ ( KEARIFAN LOKAL SPESIFIK LOKASI ) DI KECAMATAN TAYU
BUDIDAYA
SEMANGKA HIBRIDA
DENGAN PENGAIRAN SISTEM SUMUR GOWAK
( Kearifan Lokal Spesifik Lokasi )
DI
KECAMATAN
TAYU
Oleh :
Sukarwi, SP (Penyuluh Pertanian Balai Penyuluhan Kec. Tayu)
a. Musim Tanam I
: akhir Pebruari – awal Maret
Pemasaran
akhir April – awal Mei biasanya diperoleh produksi baik dan harga layak.
b. Musim Tanam
II : Juni – Juli
Pemasaran
Agustus – September biasanya diperoleh produksi baik dan harga baik.
c. Musim tanam menyesuaikan pemasaran
pada bulan puasa sampai dengan Hari Raya Idul Fitri.
2. MENYIAPKAN LAHAN
Tanaman
semangka membutuhkan air cukup banyak tetapi tidak tahan genangan air, maka
perlu dipersiapkan lahan berdasarkan musim tanam yaitu :
a. MT. I ( Pebruai – Maret ) disiapkan
lahan kering ( tegalan ) dengan kondisi drainase baik dan dekat dengan sumber
air ( irigasi, sumur, sungai ).
b. MT. II ( Juni – Juli ) disiapkan
lahan sawah setelah tanaman padi MT II dengan kondisi drainase baik dan dekat
dengan sumber air ( saluran irigasi, sumur, sungai )
3. PENGOLAHAN LAHAN, PEMUPUKAN DASAR DAN
PEMASANGAN MULSA PLASTIK
a. Pembuatan bedengan lebar 4 – 5 m,
panjang menyesuaikan kondisi lahan dan saluran pemaskan/ pembuangan air.
b. Pengolahan tanah dengan cara
pembajakan traktor/mencangkul dan pembersihan gulma ( rumput liar ) pada lahan
calon lubang tanam tepi bedengan selebar +/- 1 meter.
c. Pemberian pupuk dasar bersamaan
dengan pengolahan tanah dengan pupuk Phonska 200 kg + 200 kg Dolomit / hektar.
d. Pemasangan mulsa plastik hitam perak,
kebutuhan per hektar 5 rol @ 18 kg. selanjutnya dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 60 – 70 cm.
e. Jika tidak menggunakan mulsa plastic
disiapkan lubang tanam dengan cangkul dengan jarak tanam 60 – 70 cm.
4. PERSEMAIAN
a. Pembuatan pot persemaian per hektar
+/- 7000 pot dengan bahan bahan/media pupuk kandang siap pakai atau kompos jerami + tanah, semua bahan
diayak untuk menghilangkan campuran batu, kerikil dan bahan lain yang tidak
dibutuhkan.
b. Varietas yang ditanam untuk MT I :
Varietas 311, Amor, Tamanis ( Inul ) dll. MT II : Varietas 311, Amor, Tamanis (
Inul ), Black Orange, dll. Pemilihan
varietas sebaiknya menyesuikan musim dan kebutuhan pasar.
c. Perendaman benih +/- 8 – 12 jam, kemudian
diperam +/- 24 jam benih sudah berkecambah. Pemeraman benih dapat menggunakan
daun pisang / daun jati ditempatkan dalam ruangan yang hangat dan gelap.( ctt :
perendaman benih sebaiknya dicampur dengan fungisida jika benih yanga akan
ditanam belum diberi perlakuan seed treadment.
d. Penanaman benih kedalam pot, satu
beih per pot kemudian ditutup dengan daun – daunan +/- 24 jam.
e. Perawatan benih, lakukan penyiraman
pagi dan sore hari dengan gembor. Setelah 4 hari penyiraman dapat dicampur
pupuk Phonska +/- ¼ gelas Aqua tiap satu gembor dan disiram air
biasa kembali.
5. TANAM
Benih umur 7 – 9 hari telah siap untuk
ditanam, sebelumnya dilakukan persiapan :
a. Membuat lubang pada mulsa plastic
sebesar kaleng susu kental manis jarak antar lubnag 60 – 70 cm.
b. Air irigasi untuk penyiraman benih
yang ditanam.
c. Pelaksanaan tanam dengan membuat
lubang lubang pada tanah sesuai jarak tanam mulsa plastic dan membuang plastic
pot.
6. PERAWATAN TANAMAN SEMANGKA
a. Pemangkasan cabang utama disisihkan 3
cabang dan pemangkasan cabang sekunder.
b. Perempelan buah dilakukan untuk
memperoleh buah yang baik dan besar optimal. Satu tanaman disisakan 1 buah pada
ruas ke 8 – 10.
c. Pembersihan gulma dilakukan untuk
mengurangi persaingan penyerapan hara ( pupuk ) dan sinar matahari. Penyiangan
perlu dilakukan untuk pengendalian gulma yang ada disekitar tanaman pokok
maupun dipelataran karena gulma dipelataran dapat mengganggu penyinaran sinar
matahari dan sarang hama penyakit.
7. PEMUPUKAN
a. Pupuk dasar, Phonska 200 kg/ha +
Dolomit 200 kg/ha.
b. Pupuk susulan I : Phonska 1 gelas
agua + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 1
minggu.
c. Pupuk susulan II : Phonska 1 gelas
agua + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 2
minggu.
d. Pupuk susulan III : Phonska 1,5 gelas
agua + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 4
minggu.
e. Pupuk susulan IV : Phonska 1,5 gelas
agua + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml ( gelas aqua) umur 5
minggu.
f. Pupuk susulan V : Phonska 1,5 gelas
agua + 0,5 gelas aqua ZA + air 10 liter dikocorkan tiap batang 1 gelas 200 ml (
gelas aqua) umur 6 minggu.
Catatan
: Dosis dan macam pupuk menyesuaikan dengan kondisi pertanaman. Kalau
pertumbuhan agak lambat pupuk biasa ditambah KNO3. Karena pupuk KNO3 merupakan
pupuk yang siap pakai.
8. PENGAIRAN
Pengairan tanaman semangka di kecamatan Tayu ada yang memakai Sistem Sumur Gowak, pompa, dan sistem pengairan water drop (irigasi tetes )
Pengairan dengan Sistem Sumur Gowak merupakan kearifan lokal petani semangka kecamatan Tayu, dengan cara membuat sumur di lahan semangka dengan ukuran kurang lebih 2 M persegi dengan kedalaman kurang lebih 1,5 meter. Sistem ini cocok untuk lahan sawah di dataran rendah, dimana dengan kedalaman 1-2 M sudah muncul sumber air.
Air yang muncul di sumur Gowak diambil dengan ember untuk disiramkan ke tanaman Semangka .
Tanaman
semangka membutuhkan air cukup banyak untuk budidaya, menggunakan mulsa plastic diairi pada saluran 5 – 7 hari sekali melihat kondisi pertanaman. Untuk
budidaya tanpa mulsa plastic disiram tiap hari pada pagi/sore.
9. PENGENDALIAN ORGANISME
PENGGANGGU TANAMAN
a. Hama Utama
a.1.
Kumbang Cucurbit ( Oteng - Oteng )
Menyerang tanaman sejak dipersemaian
memakan daun dengan meninggalkan guratan – guratan konsentris. Larva dapat
merusak perakaran sampai pangkal batang akhirnya tanaman layu. Pengendalian
dengan insektisida kontak/racun perut, contoh marshal 200 EC.
b.2.
Trips
Serangan Thrips mengganas terutama musim
kemarau, penyebab utama daun keriting imulsi dari tunas, serangan berat dapat
menyebabkan kegagalan tanaman. Pengendalian dengan menggunakan insektisida
sistemik contoh : Agrimec, Numectin, Dimectin.
c.3.
Aphis
Serangan berat terutama pada musim
kemarau, menyebabkan kriting pada daun muda, meninggalkan cairan manis dan
lengket. Hama ini cepat berkembnag biak tanpa perkawinan. Pengendalian dengan
insektisida kontak, sistemik. Contoh : Curacron, Marshal dll.
d.4.
Lalat Buah.
Menyerang pada buah semangka,
meninggalkan luka dan larva. Buah yang terserang menjadi busuk. Pengendalian :
Insektisida kontak, Contoh : Decis dll.
e.5.
Ulat Perusak Daun.
Menyerang daun dan kulit buah sehingga
menurunkan kualitas buah. Pengendalian dengan insektisida kontak dan lambung.
Contoh ; Cascade, Rosco dll.
b. Penyakit
b.1.
Layu Bakteri
Daun tanaman layu satu persatu akhirnya
tanaman layu secara keseluruhan. Apabila pangkal batang dipotong melintang akan
mengeluarkan lender putih kental dan lengket. Penularan dapat melalui kumbang
cucurbit ( oteng –oteng ), melalui peralatan ( gunting, pisau, dll )
Pengendalian
: - Menanam varietas yang tahan
- Peredaran benih dengan bakterisida (
Agrimycin )
-
Hindari genangan air antar bedengan
- Mencabut / memusnahkan tanaman yang sakit
b.2.
Layu Fusarium
Daun tanaman layu dan mengkerut mulai
ujung tanaman. Jamur menyerang pada semangka stadia pertumbuhan, batang batang
bawah atau leher batang jadi busuk, kalau diamati pada batang yang dibelah
tampak berwarna coklat, jika serangan dari persemaian, tanaman akan kerdil dan
mati.
Pengendalian :
- Memilih lahan yang belum terinfeksi
dengan jenis tanaman satu family ( Semangka, Timun, Melon, Labu dll )
- Pengapuran untuk meningkatkan Ph
tanah, karena penyakit berkembang dengan baik pada ph 4,5 – 5,8.
- Hindari penggunaaan pupuk N ( Urea, Za ) berlebihan.
- Penyemprotan / siraman dengan
Fungisida
b.3.
Downy Mildew ( Kerapak )
Gejala serangan tampak bercak – bercak
kuning pada daun, kemudian akan berubah menjadi coklat, kering dan mati.
Serangan berat akan menurunkan kualitas buah. Perkembangan jamur dipicu
kelembapan tinggi terutama hujan pada malam hari.
Pengendalian :
- Penyiraman daun / penyemprotan dengan
air setiap hari sebelum matahari terbit ( +/- jam 05.0 WIB ).
- Pengendalian dengan Fungisida Sistemik.
b.4.
Busuk Buah
Dapat menyerang batang, daun dan buah.
Penyebab serangan oleh jamur Phytophora dan Pythium. Perkembangan penyakit
dipicu oleh kelembaban yang tinggi.
Pengendalian :
- Hindari buah menumpang batang, daun,
dan jerami atau bahan lain yang mudah membusuk.
- Mengurangi kelembaban dengan
pemangkasan cabang dan daun.
- Penyemprotan dengan Fungisida.
9. PANEN.
Sebagian
besar petani menjual hasil semangka secara tebasan. Akan tetapi dalam pemasaran
produksi oleh pedagang dilakukan grading yaitu:
Kelas A dengan
bobot lebih 4 kg.
Kelas B dengan
bobot kurang 4 kg.
Kelas C dengan
bobot +/- 1 -2 kg.
BUDIDAYA PADI ORGANIK DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI
BUDIDAYA
PADI ORGANIK
Oleh
SUKARWI, SP
PENYULUH PERTANIAN
BALAI PENYULUHAN
KECAMATAN TAYU
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN
PETERNAKAN KABUPATEN PATI
2013
PENDAHULUAN
Pertanian
organic adalah suatu system pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah,
serasi, selaras, dan seimbang dengan dengan lingkungan pertanian yang patuh dan
tunduk pada kaidah-kaidah alamiah.
Konsep pertanian organic pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai menjaga agar suatu upaya terus berkembang, kemampuan untuk
bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks ini pada dasarnya
kemampuan untuk tetap produktif dan sekaligus tetap mempertahankan basis sumber
daya alam yang ada. Jadi pertanian organic dapat dikatakan suatu pengelolaan sumber
daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu keutuhan manusia yang
berubah sekaligus mempertahankan, meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumber daya alam.
Lokasi Lahan
Pemilihan lokasi
lahan sawah untuk budidaya padi organic memegang peranan yang sangat penting,
karena semua proses budidaya padi organic menggunakan lahan yang harus dan
bebas dari unsur-unsur non alami yang berasal dari luar lahan.
Seleksi Benih
Benih yang akan
digunakan untuk pembibitan harus diseleksi terlebih dahulu dengan beberapa
persyaratan, yakni benih sebar yang
biasa digunakan oleh petani dalam budidaya, yaitu benih berlabel
engolahan Tanah
Pelaksanaan
pengolahan tanah untuk budidaya padi organic yang dianjurkan adalah dengan cara
tradisional atau konvensional yaitu pengolahan tanah yang dilakukan dengan
alat-alat sederhana seperti, sabit, cangkul, bajak, dan garu yang semuanya
dilakukan/dikerjakan oleh tenaga manusia dan dibantu olah hewan.Menurut
pengalaman petani pengelola padi organic, cara pembajakan dengan tradisioanl memberikan
hasil yang lebih baik. Hal ini terjadi karena mata bajak tradisional lebih
dalam masuk kedalam tanah sehingga pengolahan menjadi lebih sempurna, karena
tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas.
Pembajakan dilakukan 2 kali , dan pembajkan yang kedua sambil dilakukan juga pemberian pupuk dasar
dengan menggunakan pupuk kandang/kompos sebanyak 5 ton/ha, sedang kalau
menggunakan pupuk bokhasi sebanyak 1,5-2 ton/ha dan harus diratakan keseluruh
bagian lahan sawah, selanjutnya dibiarkan selama 4-7 hari dalam keadaan
tergenang air macak-macak, kemudian lahan sawah dilakukan penggaruan dengan
cara tradisional agar menjadi rata. Setelah itu lahan sawah dibiarkan kembali
selama 4 hari dalam keadaan tergenang air
macak-macak, kemudian penanaman bibit dapat dilakukan.
Tempat Persemaian
agian lahan
sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkull merata sedalam kira-kira
30 cm, selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara dicangkul berulang-ulang dan
diinjak-injak sampai “lumer “, bersamaan dengan ini tanah diberi pupuk kandang
atau bokhasi secukupnya dengan cara disebar merata dan diinjak-injak sampai
bercampur dan menyatu dengan tanah. Pembuatan parit dilakukan pada keempat sisi
dan tengah tempat pembibibtan untuk mengeluarkan kelebihan air. Parit sangat
dibutuhkan karena air yang menggenang cukup tinggi akan berpengaruh pada
penurunan mutu bibit yang dihasilakan, salah satu akibatnya adalah pertumbuhan
akar bibit tidak sempurna karena suhu dalam tanah terlalu rendah, untuk
persiapan tempat pembibitan lebih baik diusahakan 3-5 hari sebelum benih sebar.
Penanaman
Penanaman padi
yang baik harus menggunakan larikan kekanan dan kekiri dengan jarak tanam yang
sesuai, karena jaraktanam akan mempengaruhi produktivitas padi, jumlah bibit
yang ditanam kedalam setiap “dapur” atau “rumpun” adalah 3-4 bibit.
Pemeliharaan
Yang membedakan
antara budidaya padi secara organic dan non organic adalah terletak pada pemupukan
dan pemberantasan hama/penyakit. Budidaya padi secara organic pupuk yang
digunakan adalah pupuk alami begitu juga pestisida yang digunakan adalah
pestisida alami,sedangkan budidaya padi non organic (biasa) pupuk yang
digunakan adalah pupuk kimia dan
pestisida sintetik. Penyiangan pada budidaya padi organic sebaiknya juga jangan
menggunakan herbisida kimia, akan tetapi cukup dengan cara pencabutan gulma.
emupukan
alam proses
budidaya padi organic, hal yang sangat diperlukan adalah pemakaian pupuk organic
dan bukan pemakaian pupuk non organic/pupuk kimia. Penekanan ini sebenarnya
merupakan langkah konservasi terhadap lahan. Pupuk yang digunakan dalam
budidaya padi organic adalah pupuk organi (pupuk alami). Pupuk organic adalah
pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman atau hewan yang
telah terdekomposisikan yang digunakan
untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsure hara. Awal mulanya dikenal
dua macam pupuk organic yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotoran
hewan dan pupuk hijau yakni pupuk
organic yang menggunakan mahan sisa-sisa tanaman sebagai bahan untuk
didekomposisikan. Seiring dengan kemajuan bioteknologi, maka telah ditemukan
cara-cara cepat untuk membuat pupuk organic, yaitu dengan menggunakan
mikrobakteri untuk mendekomposisikan bahan organic sehingga dapat mudah diserap
oleh tanaman. Penggunaan pupuk organic tidak saja berfungsi untuk mensuplai
unsure hara bagi tanaman akan tetapi juga untuk memperbaiki sifat-sifat fisik
tanah, kimia dan biologis tanahsehingga tanah mampu memberikan daya dukung yang berlangsung terus
menerus bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian cirri utama budidaya padi
organic adalah seluruh pupuk yang digunakan berupa pupuk organic, mulai dari
pemupukan awal atau dasar sampai pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapat dalam
bentuk padat yang diaplikasikan lewat
akar maupun bentuk cair yang diaplikasikan lewat daun, demikian halnya akan
pestisida juga pestisida organic (buatan sendiri).
Pemupukan
Susulan
Pemupukan
susulan pada budidaya padi organic dilakukan sebanyak 3 kali selama musim tanam, Pemupukan pertama umur 15
hr, jenis pupuk adalah pupuk
kandang/kompos sebanyak 1 ton/ha atau bokhasi 0,5 ton disebarkan merata
disela-sela tanaman. Pemupukan kedua diberikan pada umur 25 – 60 hr dengan
frekuensi 1 minggu sekali, menggunakan pupuk organic cair dengan kandungan N
tinggi (buatan sendiri) dengan dosis 1 liter pupuk cair dilarutkan dalam air
sebanyak 17 liter dan disemprotkan pada daun tanaman. Pemupukan susulan ketiga diberikan pada waktu tanaman padi memasuki
fase generative atau pembentukan buah. Yaitu setelah tanaman berumur 60 hari,
pupuk yang digunakan pupuk organic cair yang mengandung Phosfos (P) dan Kalium
(K) tinngi dengan dosis 2-3 sendok
makan pupuk organic cair dicampur dengan 15 liter air, kemudian pupuk tersebut
disemprotkan pada daun tanaman dengan frekuensi satu minggu sekali dan
pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah
menguning.
Langganan:
Postingan (Atom)