BUDIDAYA
PADI ORGANIK
Oleh
SUKARWI, SP
PENYULUH PERTANIAN
BALAI PENYULUHAN
KECAMATAN TAYU
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN
PETERNAKAN KABUPATEN PATI
2013
PENDAHULUAN
Pertanian
organic adalah suatu system pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah,
serasi, selaras, dan seimbang dengan dengan lingkungan pertanian yang patuh dan
tunduk pada kaidah-kaidah alamiah.
Konsep pertanian organic pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai menjaga agar suatu upaya terus berkembang, kemampuan untuk
bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks ini pada dasarnya
kemampuan untuk tetap produktif dan sekaligus tetap mempertahankan basis sumber
daya alam yang ada. Jadi pertanian organic dapat dikatakan suatu pengelolaan sumber
daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu keutuhan manusia yang
berubah sekaligus mempertahankan, meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumber daya alam.
Lokasi Lahan
Pemilihan lokasi
lahan sawah untuk budidaya padi organic memegang peranan yang sangat penting,
karena semua proses budidaya padi organic menggunakan lahan yang harus dan
bebas dari unsur-unsur non alami yang berasal dari luar lahan.
Seleksi Benih
Benih yang akan
digunakan untuk pembibitan harus diseleksi terlebih dahulu dengan beberapa
persyaratan, yakni benih sebar yang
biasa digunakan oleh petani dalam budidaya, yaitu benih berlabel
engolahan Tanah
Pelaksanaan
pengolahan tanah untuk budidaya padi organic yang dianjurkan adalah dengan cara
tradisional atau konvensional yaitu pengolahan tanah yang dilakukan dengan
alat-alat sederhana seperti, sabit, cangkul, bajak, dan garu yang semuanya
dilakukan/dikerjakan oleh tenaga manusia dan dibantu olah hewan.Menurut
pengalaman petani pengelola padi organic, cara pembajakan dengan tradisioanl memberikan
hasil yang lebih baik. Hal ini terjadi karena mata bajak tradisional lebih
dalam masuk kedalam tanah sehingga pengolahan menjadi lebih sempurna, karena
tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas.
Pembajakan dilakukan 2 kali , dan pembajkan yang kedua sambil dilakukan juga pemberian pupuk dasar
dengan menggunakan pupuk kandang/kompos sebanyak 5 ton/ha, sedang kalau
menggunakan pupuk bokhasi sebanyak 1,5-2 ton/ha dan harus diratakan keseluruh
bagian lahan sawah, selanjutnya dibiarkan selama 4-7 hari dalam keadaan
tergenang air macak-macak, kemudian lahan sawah dilakukan penggaruan dengan
cara tradisional agar menjadi rata. Setelah itu lahan sawah dibiarkan kembali
selama 4 hari dalam keadaan tergenang air
macak-macak, kemudian penanaman bibit dapat dilakukan.
Tempat Persemaian
agian lahan
sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkull merata sedalam kira-kira
30 cm, selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara dicangkul berulang-ulang dan
diinjak-injak sampai “lumer “, bersamaan dengan ini tanah diberi pupuk kandang
atau bokhasi secukupnya dengan cara disebar merata dan diinjak-injak sampai
bercampur dan menyatu dengan tanah. Pembuatan parit dilakukan pada keempat sisi
dan tengah tempat pembibibtan untuk mengeluarkan kelebihan air. Parit sangat
dibutuhkan karena air yang menggenang cukup tinggi akan berpengaruh pada
penurunan mutu bibit yang dihasilakan, salah satu akibatnya adalah pertumbuhan
akar bibit tidak sempurna karena suhu dalam tanah terlalu rendah, untuk
persiapan tempat pembibitan lebih baik diusahakan 3-5 hari sebelum benih sebar.
Penanaman
Penanaman padi
yang baik harus menggunakan larikan kekanan dan kekiri dengan jarak tanam yang
sesuai, karena jaraktanam akan mempengaruhi produktivitas padi, jumlah bibit
yang ditanam kedalam setiap “dapur” atau “rumpun” adalah 3-4 bibit.
Pemeliharaan
Yang membedakan
antara budidaya padi secara organic dan non organic adalah terletak pada pemupukan
dan pemberantasan hama/penyakit. Budidaya padi secara organic pupuk yang
digunakan adalah pupuk alami begitu juga pestisida yang digunakan adalah
pestisida alami,sedangkan budidaya padi non organic (biasa) pupuk yang
digunakan adalah pupuk kimia dan
pestisida sintetik. Penyiangan pada budidaya padi organic sebaiknya juga jangan
menggunakan herbisida kimia, akan tetapi cukup dengan cara pencabutan gulma.
emupukan
alam proses
budidaya padi organic, hal yang sangat diperlukan adalah pemakaian pupuk organic
dan bukan pemakaian pupuk non organic/pupuk kimia. Penekanan ini sebenarnya
merupakan langkah konservasi terhadap lahan. Pupuk yang digunakan dalam
budidaya padi organic adalah pupuk organi (pupuk alami). Pupuk organic adalah
pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman atau hewan yang
telah terdekomposisikan yang digunakan
untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsure hara. Awal mulanya dikenal
dua macam pupuk organic yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotoran
hewan dan pupuk hijau yakni pupuk
organic yang menggunakan mahan sisa-sisa tanaman sebagai bahan untuk
didekomposisikan. Seiring dengan kemajuan bioteknologi, maka telah ditemukan
cara-cara cepat untuk membuat pupuk organic, yaitu dengan menggunakan
mikrobakteri untuk mendekomposisikan bahan organic sehingga dapat mudah diserap
oleh tanaman. Penggunaan pupuk organic tidak saja berfungsi untuk mensuplai
unsure hara bagi tanaman akan tetapi juga untuk memperbaiki sifat-sifat fisik
tanah, kimia dan biologis tanahsehingga tanah mampu memberikan daya dukung yang berlangsung terus
menerus bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian cirri utama budidaya padi
organic adalah seluruh pupuk yang digunakan berupa pupuk organic, mulai dari
pemupukan awal atau dasar sampai pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapat dalam
bentuk padat yang diaplikasikan lewat
akar maupun bentuk cair yang diaplikasikan lewat daun, demikian halnya akan
pestisida juga pestisida organic (buatan sendiri).
Pemupukan
Susulan
Pemupukan
susulan pada budidaya padi organic dilakukan sebanyak 3 kali selama musim tanam, Pemupukan pertama umur 15
hr, jenis pupuk adalah pupuk
kandang/kompos sebanyak 1 ton/ha atau bokhasi 0,5 ton disebarkan merata
disela-sela tanaman. Pemupukan kedua diberikan pada umur 25 – 60 hr dengan
frekuensi 1 minggu sekali, menggunakan pupuk organic cair dengan kandungan N
tinggi (buatan sendiri) dengan dosis 1 liter pupuk cair dilarutkan dalam air
sebanyak 17 liter dan disemprotkan pada daun tanaman. Pemupukan susulan ketiga diberikan pada waktu tanaman padi memasuki
fase generative atau pembentukan buah. Yaitu setelah tanaman berumur 60 hari,
pupuk yang digunakan pupuk organic cair yang mengandung Phosfos (P) dan Kalium
(K) tinngi dengan dosis 2-3 sendok
makan pupuk organic cair dicampur dengan 15 liter air, kemudian pupuk tersebut
disemprotkan pada daun tanaman dengan frekuensi satu minggu sekali dan
pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah
menguning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar